Tuesday, November 01, 2011

Sahabat adalah…………… ?

Sahabat..
Apa sih yang ada di pikiran lo kalau lo semua denger kata “SAHABAT” ??
Apa lo bakal jawab pertanyaan pasaran itu dengan jawaban klise, seperti‘..sahabat itu orang yang akan selalu ada buat gue saat suka ataupun duka..’ atau ‘..sahabat itu orang/sekelompok orang yang memiliki kesamaan sama gue luar dalam..’
Jawaban seperti itu memang enggak salah, gue sendiri pernah memberikan jawaban seperti itu ketika ada yang bertanya sama gue, apa itu sahabat. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, jawaban itu bukan jawaban yang tepat menurut gue..
Dan akhirnya pendeskripsian sahabat menurut gue adalah seperti gini :
Sahabat yang paling jujur adalah sahabat yang ikut mentertawakan lo..
Kedengarannya memang sadis banget sih, tapi mungkin saja lo bikin suatu hal jadi berantakan dan lo menemukan sahabat lo juga lagi asik ketawain lo. Tapi buat gue inilah sahabat yang jujur, karena mereka manusia, munafik kalau mereka cuma diem tanpa ekspresi ketika ngeliat lo lagi ‘konyol’ or do something stupid. Lagi pula menurut lo sendiri pasti akan ketawa kan, kalo liat sahabat lo tergelincir di koridor sekolah atau sahabat lo dandan ala ondel-ondel. Yang perlu kamu pastiin cuma satu, meskipun mereka ikut tertawa, tapi tangan-tangan merekalah yang pertama kali terulur ke arah lo dan membantu lo..
In case, gue contohnya. Gue bersahabat dengan Nur Hikmah, Erlin, Alvian, Laras, Naufal, dan gue memang masih punya sahabat yang lain, tapi untuk kali ini aku mau membahas tentang mereka. Sometimes tanpa gue sadari, gue suka ngomong dengan bahasa yang terlalu baku, seperti nyebut ‘becak’ dengan hentakan ‘k’ di ujungnya, atau ‘tahu’ yang saat itu aku maksud adalah ‘tau’ tapi aku melafalkannya tetap dengan huruf ‘h’ yang kental. Dan mereka ber-lima selalu ketawa terbahak-bahak hahaha, bahkan kadang gue curiga mereka sengaja cari kesalahan gue dalam pengucapan untuk sekedar di ketawain. Oh iya, satu lagi, aibnya gue itu cadel, jadilah ketika ada kata yang terdiri dari banyak huruf ‘r’ gue akan sangat kesulitan, dan lagi-lagi mereka bakal tertawa.
Bikin kesal sih pasti. Tapi memang itu adanya, dan mereka menerima itu. Dan itu adanya gue yang memang bikin mereka ketawa. Mereka selalu berani ketawa dengan mulut paling lebar dan volume paling nyaring tepat di depan muka gue, bukan-di-belakang-gue, mereka enggak munafik, mereka manusia normal, dan ujung-ujungnya mereka bakalan tetap bakal bilang ‘maaf’ mereka juga akan ngoreksi kesalahan gue, dan bagi gue ini yang paling penting. Ketimbang sahabat yang selalu bilang iya di semua kata-kata kamu bahkan ketika kamu bilang mau bunuh diri misalnya, heloooo..sahabat adalah editor dalam buku kehidupan kamu !
Sahabat yang paling setia bukan mereka yang siap sedia di samping kamu selama 24jam..
Sahabat bukan apotek, bukan juga UGD atau circle K, hahaha. Mereka manusia biasa yang butuh tidur, butuh makan dan butuh privasi. Dia bukan teman lo yang setia kemana-mana ikutin lo. Ketika lo yakin persahabatan lo telah terbentuk dengan seseorang/lebih, percaya sama lo, tanpa perlu selalu ada mereka di sebelah lo secara raga, mereka akan tetap jadi orang yang bertahan sampai akhir dalam hidup lo. Jangan pernah menahan sahabat lo untuk tetap diam di samping lo, itu namanya kamu egois.
Gue, Nur Hikmah, Erlin, Alvian, Laras, Naufal sekolah di SD yg sama yang sama dan nasib kita masing-masing enggak mengizinkan kita untuk terus sama-sama di SMP. Awal-awal kita semua sama-sama takut persahabatan kita akhirnya berhenti di tengah jalan. Tapi alhamdulillah sampai hari ini, kita masih berdiri di garis persahabatan yang sama dan semoga akan terus seperti itu sampai nanti. Beda sekolah, pastinya bikin kita beda teman pergaulan. Dan gue rasa, sampai saat ini, enggak ada satupun dari kita yang merasa di lupain cuma karena masing-masing dari kita menemukan teman yang baru.
Ibaratnya kaya rumah, kalau sebuah rumah dibangun dengan pondasi kepercayaan dan kebersamaan yang kuat. Kemanapun perginya penghuni rumah itu, akan ada waktu dimana dia akan kembali ke dalam rumahnya. Dan mungkin itulah persahabatan kita ber-lima.
Lima tahun bareng di SD, jalan bareng dengan formasi lengkap masih bisa dihitung pakai jari tangan, padahal mungkin masing-masing dari kita bisa berkali-kali jalan sama teman-teman kita di sekolah. Tapi bukan berarti persahabatan ini pudar dan kita jadi enggak setia satu sama lain. Percaya atau enggak, setiap gue atau pun salah satu dari mereka punya masalah, kita selalu tahu. Diam-diam, kita sering melihat tweet masing-masing dari kita satu-satu, cuma untuk ngecek, sahabat aku baik-baik aja kan. Dan ajaibnya, misalnya gue tiba-tiba galau, terus gue tweet sesuatu yang kesannya gue punya masalah, padahal pas tweet itu aku udah pastikan kalau di timeline enggak ada salah satu dari mereka yang online. Tapi ta-daaahh.. beberapa menit kemudian, ada aja dari mereka yang mention gue dan enggak jarang langsung sms gue. Begitupun juga gue. So, sahabat itu tentang jiwa yang bersatu, bukan cuma tentang tangan-tangan yang saling bertaut.
Sahabat yang peduli bukan sahabat yang terima gue apa adanya.. Bukan berarti juga yang nerima lo ada apanya. Menerima seseorang dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka memang kunci awal untuk memulai sebuah hubungan yang harmonis. Tapi enggak harus selamanya seperti gitu. Khususnya di bagian sifat lo yang bad-side-nya.
Bukan sahabat namanya kalau dia terus maafin lo karena keegoisan lo. Bukan sahabat namanya kalau dia terus biarin lo jadi pemakai-narkoba-misalnya walaupun mungkin sial-nya-itu-satu-satu-nya-hal-yang-bikin-kamu-bahagia. Bukan sahabat namanya kalau dia diam aja ketika sahabatnya terus teriakin kata-kata kasar tanpa diayak. Bukan sahabat namanya kalau dia mendukung lo karena sifat lo yang terlalu baik.
Itu sama aja, seperti lo lagi jadi api dan sahabat lo malah jadi bensin, bukan jadi air. Gue menerima sahabat gue apa adanya, dan sahabat gue pun demikian. Tapi di beberapa kasus, kita enggak ragu-ragu untuk negur atau malah marah dan kadang sampai gak tegur ketika apa yang kita perbuat udah kelewat batas. Gue adalah orang yang enggak tega, di satu sisi mungkin itu baik, tapi di sisi lain sahabat aku jelas-jelas tahu kalau itu berbahaya buat aku sendiri. Dan mereka orang yang selalu meyakinkan gue untuk lebih tegas dalam ambil keputusan. Enggak jarang kalau gue lagi kena masalah, mereka yang maju duluan karena mereka tahu gue enggak akan mempermasalahkan masalah itu dan maafin itu begitu aja. Lebih dari sekedar menerima lo apa adanya, sahabat yang sesungguhnya memberi jawaban terbaik untuk ‘apa’ dan menyaring yang telah ‘ada’ dalam diri lo.
Sahabat yang paling asik adalah mereka yang sifatnya bertolak belakang dari sifat lo...
Perbedaan itu indah. Dan gue sangat setuju hal tersebut. Buat gue perbedaan itu adalah lambang tentang kebersamaan sejati yang paling nyata. Begitu juga persahabatan yang isinya penuh dengan segala perbedaan.
Kita ber-lima itu beda banget. Dari segi pemikiran, selera musik, pelajaran sampai hal-hal kecil lainnya. Kita jarang punya idola yang sama. Gue sama Nur Hikmah malah selalu berseberangan kalau soal bola. Naufal dan erlin yang obsesinya di jalur desain-grafis-foto-gambar hal-hal yang akan selalu gue jauhi, karena gue enggak berbakat seni atau mungkin mulai takut mengenal seni. Laras yang beberapa tahun terakhir ini terobsesi dengan korea. Alvian yang..err…hahaha…sebagai satu-satunya orang yang punya pacar di antara kita, dia pastinya yang harus paling pintar-pintar bagi waktu, dan gue yang udah sebesar ini dan masih terobsesi sama Idola Cilik, Obiet khususnya, haha.
Dalam bidang musik atau film juga kita beda, mereka lebih suka yang ber-gaya dalam negeri sementara gue selalu membanggakan yang luar negeri haha. Alvian-Naufal pinter banget hitung-hitungan dan gue benci banget sama angka. Laras satu-satunya IPA di antara kita ber-empat dan gue enggak pernah suka pelajaran IPA meskipun cita-citaku jadi dokter. Nur Hikmah itu Hi-tec dan gue Gap-tec, hahaha. Masih banyak lagi perbedaan gue dan mereka, dan masing-masing dari kita. Perbedaan ini memang rawan banget untuk pencipta konflik, dan enggak gue pungkiri ada satu-dua kali kita berantem gara-gara perbedaan persepsi.
Tapi percaya deh, dengan perbedaan-perbedaan itulah hidup jadi lebih berwarna. Kita jadi lebih tahu banyak hal, enggak dari satu sisi, enggak cuma dari mata kita, melainkan dari orang lain di sekitar kita, dan itu menyenangkan. Dan dari perbedaan-perbedaan inilah, aku dan mereka belajar untuk saling tenggang rasa dan bertoleransi. Dengan bertoleransi kita akan saling mengerti dan ujung-ujungnya bakal saling melengkapi juga menguatkan satu sama lain. Tuhan saja menciptakan dunia dengan banyak warna, jadi kenapa kita harus menggambar buku harian persahabatan kita hanya dengan satu warna ?
Sahabat terbaik adalah….
Enggak ada definisi apapun untuk sahabat terbaik. Karena baik itu relatif, semua orang berhak menilai yang terbaik itu seperti apa.
Bagi seorang dokter sahabat terbaik mungkin stetoskopnya
Bagi seorang guru sahabat terbaik mungkin murid-muridnya yang sukses
Bagi seorang penjual daging sahabat terbaik mungkin peternak sapi
Bagi seorang wartawan sahabat terbaik mungkin masalah-yang-tak-kunjung-henti
Bagi seorang pemakai sahabat terbaik mungkin lintingan ganja dan jarum suntiknya
Bagi seorang penulis sahabat terbaik mungkin pena dan kertas
Dan bagi gue, cukup mereka terus ada dan mempercayai gue. Gue udah sangat akan berterima kasih dengan kehadiran mereka. Di banding mereka, gue enggak ada apa-apanya. Gue masuk sekolah negeri yang biasa-biasa aja, bukan yang unggulan kaya mereka, gue selalu jadi yang paling banyak tidur kalau lagi belajar bersama karena gue males banget belajar, gue yang suka marah-marah kalau mereka udah berantakin kasur dan kamar gue, gue yang kadang jadi sok bossy dan sok tahu ke mereka semua, gue yang takut ketinggian dan parno, gue yang enggak ikut satupun ekskul di sekolah dan bukan bagian dari OSIS ataupun MB (lagi), gue yang culun dan anak rumahan, gue yang kalau lagi foto bareng-bareng gayanya paling enggak ekspresif, gue yang sensitif dan hobi nangis, gue yang belum bisa ngasih banyak untuk mereka.
Tapi jadi apapun gue nanti, kalau gue jadi penulis, gue bakal pastiin nama mereka bakal terpampang lengkap dan jelas di ucapan terima kasih buku gue, kalau gue jadi psikolog, gue bakal kasih free-consul untuk mereka, kalau gue jadi dokter, gue bakal kasih pengobatan gratis, kalau gue nikah nanti, gue mau mereka yang jadi pendamping gue. Intinya, yang terbaik dalam definisi gue adalah, terbaik itu enggak akan selalu jadi yang pertama tapi sadar atau pun enggak itu akan selalu diutamakan.
Jadi, apa definisi kalian tentang SAHABAT ?

No comments:

Post a Comment